Jakarta, SP.com – Nama Taufiq Narendra, cukup familiar di kalangan mahasiswa Institut Teknologi Bandung (ITB) karena jabatannya sebagai Ketua MWA-WM, badan yang mewakili mahasiswa di ranah rektorat.

Kini, Taufiq baru saja menyelesaikan studinya di Teknik Fisika Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITB.

“Pertimbangannya dalam memilih jurusan ini sangat sederhana, yaitu karena fisika adalah mata pelajaran yang cukup dikuasai apabila dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya,” ungkap Taufiq Narendra kepada Syahna Alifya Saffanah, seperti dikutip SP.com, Selasa (17/5/2022).

Berbekal alasan itu dan saran dari orang lain, Taufiq Narendra akhirnya menjatuhkan pilihannya di FTI ITB. Fakultas ini dipilihnya pada SBMPTN, yang telah dipersiapkan sebaik-baiknya karena tahu nilai rapornya tak dapat diandalkan dan lolos lewat jalur tersebut.

Terlepas dari betapa kecil alasannya untuk memilih jurusan Teknik Fisika, ia sama sekali tidak menyesali keputusannya tersebut. Lingkungan akademiknya sangat mendukung, teman-teman kompak dan saling membantu baik terkait akademis maupun di luar itu, dosen-dosen pun merupakan teladan yang amat baik, di luar maupun di dalam kelas, sehingga dapat memotivasi dalam belajar dan tidak terbayang apa jadinya kalau ia berkuliah di jurusan lain.

Saat kuliah, Taufiq tak hanya mengemban tanggung jawab akademis saja, tetapi juga berkali-kali memegang tanggung jawab lain di berbagai acara internal seperti Parade Wisuda Oktober, Orientasi Studi Keluarga Mahasiswa (OSKM), Aku Masuk ITB (AMI) dan Kaderisasi Awal Terpusat (KAT) ITB serta di organisasi kemahasiswaan seperti unit atletik (Atlas) dan MWA-WM, yaitu badan yang mewakili mahasiswa di ranah rektorat.

Pengalaman ini mengajarkan banyak hal yang jauh lebih mahal dari apa yang bisa didapatkan di dalam kelas atau di mana pun, karena nilai-nilai yang didapatkannya sangatlah unik.

Di MWA-WM sendiri, ia sempat menjadi bagian dari Kajian Strategis pada 2019, sebelum kemudian menjadi ketua MWA-WM 2021/2022. Keinginan untuk mencalonkan diri terpantik ketika melihat adanya krisis kepemimpinan. Ia merasa bahwa dengan pengetahuan yang telah diberikan oleh ketua MWA-WM sebelumnya, Canggih Hawari, baik secara formal maupun informal, Taufiq merasa dapat menjadi penerus Canggih Hawari.

Selain itu, tidak ada kesibukan lain sehingga tidak ada salahnya untuk mengambil tanggung jawab ini. Ia bersyukur bisa berada di lingkungan MWA bersama orang-orang yang lebih senior dan lebih hebat.

Dia belajar banyak hal yang membantunya berpikir lebih kritis dan bijak. Baginya, yang terpenting dalam memegang jabatan sebagai ketua MWA-WM adalah ketulusan dalam menjalankan tugas-tugasnya.

Ketua MWA-WM bukanlah pengalaman pertamanya menjadi ketua di ITB, sebelumnya sempat menjabat sebagai ketua Atlas.

Atlas adalah unit yang diikuti karena kesukaan terhadap cabang olahraga lari. Unit Atlas waktu itu sedang bagus-bagusnya, angkatan Taufiq difasilitasi untuk ikut lomba di Jakarta dan itu merupakan pengalaman yang sangat seru.

Semangat untuk lebih menekuni atletik pun mulai membara di dalam dirinya. Ia bersama Faisal (mahasiswa Teknik Mesin angkatan 2017) dan beberapa rekan lainnya mulai latihan lebih intensif.

Bagi Taufiq, cara untuk bisa terus konsisten dalam menekuni bidang ini adalah pola pikir dan mentalitas yang kuat supaya bisa selalu percaya dengan latihan-latihan yang dilakukan meskipun hasilnya tidak instan.

Ia pernah mengalami momen di mana tidak kuat lari hanya berjarak 1-2 kilometer. Namun ini mengajarkan untuk selalu sabar dan membuat tiap ketercapaian jadi driving force untuknya terus berlatih.

Pelan-pelan tetapi pasti, ia juga dapat melihat perkembangan setiap tahun. Hal lain yang mendorongnya adalah hubungan baiknya dengan atlet-atlet lari yang lain.

Ketika menjabat sebagai ketua Atlas, Taufiq fokus pada prestasi dan perkembangan masing-masing individu. Ia lebih mementingkan kualitas daripada kuantitas. Caranya, dengan memotivasi teman-temannya untuk konsisten dalam berkegiatan di Atlas.

Pandemi muncul di masa kepengurusannya, tetapi untungnya Atlas tidak mati dan masih bisa berlatih di bawah medali emas SEA Games 2019.

Lomba lari paling berkesan yang pernah diikuti adalah lomba bersama anggota Atlas lainnya di Pangandaran tahun 2019.

Ia senang melihat masing-masing anggota memiliki semangat dan targetnya sendiri. Mereka mendapat anggaran Rp 14 juta untuk menyewa pelatih dari Amerika. Berhubungan dengan pihak luar negeri seperti ini bukanlah hal yang baru untuk Atlas, mereka bahkan punya divisi relasi internasional di organogram kepengurusannya karena adanya relasi dari Kenya.

Selesainya masa jabatan Taufiq sebagai ketua Atlas tidak semerta-merta kariernya di dunia atletik berhenti. Ia masih menekuni atletik. Bahkan, sekarang menjadi wakil Kota Semarang untuk kejuaraan Provinsi Jawa Tengah nomor lari 5.000 meter dan 10.000 meter. Total lomba yang telah diikuti olehnya sekitar 10 kompetisi (sejak 2019).

Sebagai seseorang dengan rekam jejak keaktifan nonakademik yang tidak sedikit, ia percaya bahwa kunci dari membagi waktu di sela kesibukan dengan membuat daftar prioritas, membuat reminder dan time blocking karena kalau segala hal dikerjakan secara bersamaan nantinya tidak akan dapat apa-apa.

Mengatur waktu ini adalah salah satu hal yang ia pelajari dari dunia lari, nilai-nilai lain yang dipelajari olehnya juga adalah harus selalu konsisten dan percaya diri atas usaha yang dilakukan, serta punya mentalitas yang kuat supaya ketika sedih tidak berlarut-larut.

Namun kalau memang sedang merasa tidak termotivasi, hal yang dilakukan adalah refreshing pada akhir pekan. Menurutnya, setiap hari Minggu jangan dipakai untuk bekerja atau belajar, segalanya harus seimbang. Selain itu, penting untuk selalu keep in touch dengan sisi spiritual masing-masing.

Ia berpesan, supaya selalu punya niat yang baik dalam mengerjakan satu hal seperti meniatkan hal tersebut untuk lingkungan sekitar, misalnya keluarga atau teman dekat. Selain itu, harus selalu tekun, disiplin, sabar, konsisten, dan tidak mudah menyerah. Jangan lupa untuk selalu berdoa. (MKL}