Jakarta, SP.com - Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) siap memfasilitasi siswa-siswi Sekolah Pelita Harapan yang ingin fokus pada karya ilmiah riset melalui Applied Science Academy (ASA).

Direktur Manajemen Talenta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Raden Arthur Ario Lelono mengatakan secara pribadi dirinya merasa takjub atas karya yang dihasilkan dari 27 hasil riset proyek karya ilmiah ASA dari 22 siswa SPH.

"Sebenarnya kalau kita lihat dari jenjang mereka yang masih sangat dini justru melakukan ide pembaruan brilian dan ini kami sangat apresiasi sekali, bahwa dengan usia yang muda dengan didukung lingkungan sekolah mendorong mereka untuk berpikir kritis dan maju ke depan," kata Arthur yang menggantikan Plt Deputi Bidang Sumber Daya Manusia Iptek BRIN, Edy Giri Rachman Putra di SPH Lippo Village Tangerang, Senin (30/5/2022).

Pembukaan pameran juga dihadiri oleh Head of School dari SPH Lippo Village, Gregg Thompson, Tech Executive and Data Analytics Researcher, Johan Sulaiman, Kepala Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDIKTI) Wilayah III Kemendikbudristek, Parisyanti Nurwahdani, Rektor Universitas Pelita Harapan (UPH) (Hon) Jonathan Parapak, dan SPH Executive Director, Matthew Mann serta Pendiri dan Ketua Yayasan Pendidikan Pelita Harapan (YPPH), James T Riady.

Menurutnya, dengan melihat permasalahan yang ada, para siswa mampu mencari solusinya yang didampingi oleh mentor lalu menghasilkan produk-produk dan inovasi atas penelitian dan pengembangan (litbang).

"Kami di BRIN ini dalam hal ini membuka akses pemanfaatan infrastruktur riset. Artinya infrastruktur riset yang ada di BRIN terbuka untuk berkolaborasi riset baik dengan para mentor, tentang penelitian atau periset yang ada di BRIN, dan sekolah seperti SPH ini," ungkap Arthur.

Ini artinya, lanjut dia, siswa-siswi SPH yang kini sedang persiapan mau menjadi mahasiswa akan diberikan akses untuk memafaatkan peralatan-peralatan laboratorium (lab) guna menunjang fasilitas mereka di bidang riset dan inovasi. Nantinya ada skema-skema pendanaan kolaborasinya.

"Itu yang kami berikan untuk memfasilitasinya. Artinya pemanfaatan infrastruktur yang ada di BRIN itu terbuka lebar. Jadi siapapun bisa memanfaatkannya baik dari akademisi, industri maupun sekolah dengan skema anak-anak yang sudah memiliki paparan dengan pola pikir seperti ini yakni penelitian sudah terbentuk dan metodologi penelitian sudah terbangun," urai Arthur.

Dengan begitu, para siswa nantinya tidak canggung lagi dengan dunia laboratorium. Mereka tinggal didampingi fasilitator, mentor periset di BRIN yang berbasis kolaborasi riset dan kerja sama antara pembimbing, kampus atau sekolah dengan yang ada di BRIN, sehingga bersedia memanfaatkan akses peralatan analisa riset.

"Kami sarankan siswa tidak perlu mengirim sampel pengujian karena kita bisa langsung berkolaborasi bersama dan para siswa bisa memanfaatkan peralatan penelitian. Harapan kami para siswa SPH bisa hasilkan produk-produk inovasi baik yang sudah ada atau baru," jelas dia.

BRIN juga mendorong terciptanya jalan guna membantu untuk mempunyai hak paten yang dimiliki oleh para siswa. Hal ini sudah pernah dilakukan sebelumnya yang ada di BRIN. Nanti dokumen pengajuan hak patennya bersama-sama kita bantu dengan direktorat yang ada di BRIN," pungkasnya. (Beritasatu.com)