Sofia, SP.com - Bulgaria merasa keberatan dengan rencana sanksi baru Uni Eropa (UE) terkait larangan membeli minyak Rusia. Negara Balkan itu menuntut dikecualikan agar bisa tetap mendapat pasokan minyak Rusia. Jika tak diberi dispensasi itu, Bulgaria tak akan mendukung sanksi baru tersebut.

Hal itu diungkapkan, Wakil Perdana Menteri Assen Vassilev pada Minggu (8/5/2022).

Pemerintah Uni Eropa pada hari Minggu bergerak lebih dekat untuk menyetujui sanksi keras terhadap Rusia atas invasi ke Ukraina. Namun mereka menjadwalkan pembicaraan lebih lanjut pada hari Senin (9/5/2022) untuk mengetahui bagaimana memastikan negara-negara yang paling bergantung pada energi Rusia dapat mengatasinya.

"Pembicaraan akan berlanjut besok (Senin), dan pada hari Selasa juga, pertemuan para pemimpin mungkin diperlukan untuk menyimpulkannya. Posisi kami sangat jelas. Jika ada dispensasi untuk beberapa negara, kami ingin mendapatkan dispensasi juga," Vassilev kepada televisi nasional BNT.

"Jika tidak, kami tidak akan mendukung sanksi. Tapi saya tidak berharap sampai itu, berdasarkan pembicaraan saat ini," katanya.

Hungaria, Slovakia dan Republik Ceko, yang semuanya sangat bergantung pada minyak mentah Rusia yang dikirim melalui jaringan pipa era Soviet menghadapi tantangan untuk mengamankan sumber-sumber alternatif dan telah meminta dispensasi dari larangan tersebut. Bulgaria juga telah memintanya.

Komisi Eropa mengusulkan perubahan pada hari Jumat untuk embargo awal yang direncanakan pada minyak Rusia untuk memberi tiga negara lebih banyak waktu untuk mengalihkan pasokan energi mereka, sementara Bulgaria tidak ditawari konsesi, kata sumber Uni Eropa.

Vassilev mengatakan, Bulgaria juga perlu mendapatkan dispensasi, karena satu-satunya kilang minyak di pelabuhan Laut Hitam Burgas membutuhkan waktu untuk meningkatkan fasilitas de-sulfurisasi yang diperlukan untuk beralih ke pemrosesan hanya minyak mentah non-Rusia.

Kilang Neftochim Burgas, yang dimiliki oleh LUKOIL Rusia, adalah penyedia bahan bakar yang dominan di negara Balkan, yang termiskin di blok 27-anggota Uni Eropa. Saat ini, setengah dari minyak yang diprosesnya berasal dari Rusia.

Kurangnya pengecualian akan menimbulkan risiko lingkungan yang serius ke wilayah Burgas atau memaksa kilang minyak untuk mengurangi pemrosesan, yang akan menciptakan defisit dan selanjutnya meningkatkan harga bahan bakar, kata wakil PM Bulgaria ini